Senin, 18 Februari 2013

Terguyur hujan kenangan tanpamu

Diantara senyap hujan yang terus mengguyur. Membasahi kenangan yang tertutup debu. Aku masih duduk dalam kenyamananku merindukanmu. Merindukanmu? Oh iya aku merindukanmu. Dalam tenangku, tanpa tergesa-gesa mendesak waktu untuk mempertemukan kita. Menikmati alunan melodi sepi yang menyusuri langkah demi langkah perjalananku, Menari dibawah hujan diikuti nyanyian damai yang menghujam ingatanku. Mengolah satu demi satu kata yang terbersit dalam ingatanku tentang hujan. Hujan yang menghiasi kisah kita... dulu.

Masihkah kau ingat bagaimana kita menyikapi tetes demi tetes air hujan yang turun? Bagaimana tak berpengaruhnya dingin yang berusaha membekukan kisah kita. Namun kau membuatnya begitu hangat. Meski bukan dalam artian dekapan yang kau simpulkan padaku secara langsung, namun aku tau jikalau hangatnya karena doamu mendekap banyak jawaban yang membuatku sedikit resah. Kau juga mengajarkanku bagaimana menghitung gemercik air hujan yang turun hingga saatnya kau datang dan aku berhasil melakukannya. 

Ingatanku juga masih basah akan kebersamaan kita melewati waktu dengan hujan yang menyusup dalam celah-celah. Kita tak menghentikan laju hanya karena hujan, tetapi terus melanjutkannya karena pada akhirnya aku baru sadar jikalau basahnya diri dalam hujan itu tak akan mengeringkannya dalam ingatan. Jadilah kita basah kuyup dalam kenyamanan hujan yang tersaji bersama dengan rindu yang tak henti mengalir.

Namun kini semuanya hanyalah kenangan. Hujannya masih ada disini, mengawetkan bait demi bait kisah yang telah usai namun rasanya masih kunjung dapat dikecap. Kamu telah pergi, meninggalkan jejak injakan luka yang belum hilang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar